Di zaman sekarang ini wanita patut kita acungi jempol bukan lantaran wanita itu cantik dan modis, tapi lantaran wanita itu bisa maju dan berkembang. Sekarang para wanita sering menuntut disejajarkan dengan laki-laki disegala bidang seperti, education, karier, politik dan sebagainya. Kita tahu kan???? Bahwa dulu kita (wanita) sering direndahkan, dipandang sebelah mata, hanya karenakita dilahitkan sebagai wanita....
Wanita dianggap hanya mampu mengerjakan pekerjaan rumah dan tentunya melayani suami saja sering orang Jawa berpendapat bahwa wanita itu hanya konco wingking. Yang hanya mampu bekerja dalam PT UR (Perempuan berTempat di kasUR, SumUR, Dan KasUR) Dan karena kekolotan budaya lalu wanita dilarang melakukan pekerjaankaum laki –laki ya kata sih!!!! bahkan pada zaman dulu hanya untuk mendapatkan secuwil pendidikan disekolah dasar saja wanita dilarang dan alasanyapun sangat amat klasik “wanita hanya untuk dibelakang”. Keadaan seperti dialami hampir semua wanita pada zaman dulu mengalaminya, hingga lahirnya seorang wanita di Jepara, yaitu Raden Ajeng Kartini yang dulu menentang segala diskriminasi wanita dengan caranya sendiri yaitu dengan tulisan- tulisan tangannya yang sangat terkenal dengan sebutan “Habis GelapTerbitlah Terang“. Bahkan dengan semangat yang dimilikinya, R.A. Kartini dinobatkan sebagai tokoh emansipasi wanita.
ADAT KARTINI MASIH ADAKAH………..???
Dulu para wanita dalam memperingati hari Kartini pasti dengan memakai baju adat kebaya. Jangan salah…..!!walaupun banyak orang bilang “ Hari gini Pakai Kebaya ?? no way…..”. Tapi sejatinya banyak makna yang terkandung dalam pakaian adat itu,misalnya dalam memakai jarik yang menandakan bahwa wanita itu dalam melangkah senantiasa selalu hati – hati. Di balik sanggul yang ia kenakan mengandung falsafat yang sangat luar biasa. Bahwa seorang wanita Jawa selalu dan senantiasa menata hidupnya serta menatap masa depan dengan optimis.
Nah….., sekarang kita lihat apa yang terjadi budaya yang dulu diagung – agungkan itu mulai pudar bahkan bisa saja lenyap. Sebagian wanita cenderung melupakan budaya tersebut. Mereka memang masih mengenang sosok R.A Kartini sebagai tokoh emansipasi wanita, tetapi mereka mulai melupakan budaya dan jati diri mereka sendiri. Mereka cenderung menggunakan dasar emansipasi wanita untuk mendapatkan hak mereka.Hak sebagai wanita.sebenarnya mereka bisa mendapatkan hak mereka tanpa harus melangkahi kodrat merekasebagai wanita.
Sekarang ini sebagian besar wanita Indonesia cenderung memilih bekerja dari pada mengurus rumah tangganya. Alasannya pun alasan yang sangat klasik “ Ini zaman maju…..sekarang bukan zamannya lagi wanita diem di rumah,emansipasi donk…!!!” Dengan inilah mereka mempunyai alasan untuk melakukan semua yang inginkan dan melanggar kodrat mereka.coba sekarang,saat ini,detik ini kalian semua lihat bagaimana wanita – wanita itu berpakaian, bertutur kata ,bersopan santun ,tata krama semua identitas wanita Jawa yang sangat dipandang orang asing atau Negara asing sekarang tidak terlalu penting bahkan hilang mungkin saja lenyap. Mereka berpakaian terbuka di muka umum seakan rasa malu mereka sudah mereka buang dan mereka pandang dan diganti dengan emansipasi wanita zaman sekarang,sungguh ironis. Mungkin itu secuil contoh emansipasi wanita di abad 21yang tak lagi berestetika dan etika. Apakah tindakan itu emansipasi wanita abad 21?Wanita - wanita karir yang sudah mempunyai suami justru mereka – merekalah yang merasa berkuasa karena mereka wanita sukses. Bukankah itu merndahkan harga sebuah emansipasi?Para wanita sekarang bahkan seakan merasa burung yang keluar dari sangkarnya,terbebas dari seala tekanan didalam rumah, social, bahkan didalam masyarakat mereka keluar mencari kehidupan yang sangat ia impikan dan inginkan.Bahkan mungkin karena kebebasan inilah mereka menjaditak terkontrol,tak terkendali bahkan mungkin seenaknya sendiri.
Para wanita itu mengunakan alasan untuk bersembunyi dari kenyataan dunia bahwa wanita tidak mungkin mendapatkan semuanya. Saat mereka menginginka sesuatu dan mereka sampai di ujung titik dimana seorang wanita lelah, letih dan mungkin putus asa. Mereka berfikir ini emansipasi ini jamannya terlalu bebas dan melampaui arti dari emansipasi itu. Mereka cenderung menggunakan dasar emansipasi wanita untuk mendapatkan Hak mereka.Hak sebagai Wanita,Sebenarnya mereka bisa mendapatkan hak mereka tanpa harusnya melihat menelaah kebelakang bagaimana seorang R.A Kartini mencoba berkembang tanpa harus melanggar kodratnya sebagai seorang wanita . masih menjunjung tatakrama subosita dan andhap asor dan tentu saja berkembang. Harusnya kita menjadikan hal itu sebagai tolak ukur dan contoh yang nyata. Mungkin banyak orang yang menagatakan emansipasi wanita itu kemajuan jaman itu benar, tapi harusnya kemajuan jaman itu dijadikan alat untuk mengembangkan seni budaya dan ilmu pengetahuan
Ada juga yang memgatakan emansipasi wanita itu kebebasan, itu jugabenar. Emanipasi adalah kebebasan wanita untuk mengutarakan pendapatnya, inspirasinya dan kebebasan wanita untuk berkembang disegala bidang seperti SosPolDik (social , politik, pendidikan) tapi justru kebebasan inilah yang menjerumuskan banyak sebagian banyak wanita, mereka menilai kebebasan itu bisa mereka raih tanpa harus bertanggung jawab. Sejatinya alangkah indahnya jika emansipasi itu dijadikantombak untuk maju dan selalu dalam setiap langkah seorang wanita di dampingi dengan tanggung jawab kewajiban setra haknya. Dan bagaimana seorang wanita menyikapi memaknai arti dari emansipasi wanita dan kemajuan dan kebebasan yang telah diberijkan tanpa melanggar kodrat meraka seorang wanita.
( catur kembang sepasang )
Artikelnya sangat bagus, tapi sumbernya dari mana? seharusnya jika mengambil artikel atau pendapat orang lain harus ditulis sumbernya