Selasa, 28 April 2009

Kiswanti, Kartini Masa Kini

Gemuruh tepuk tangan terdengar membahana saat Pendiri Taman Bacaan Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), menaiki panggung untuk menerima penghargaan yang diberikan langsung oleh Ibu Ani Yudhoyono. Wanita setengah baya bernama Kiswanti ini merupakan salah satu nominator dari 100 Wanita Terinspiratif 2009, untuk kategori Sosial.

Penghargaan malam itu, bagi perempuan asal Bantul Yogyakarta ini, merupakan hasil perjuangan dan kreativitasnya selama bertahun-tahun. "Sesungguhnya penghargaan ini bukan untuk saya, tapi untuk masyarakat di mana saya tinggal yang hingga kini masih mau saya layani," tukas kelahiran Desa Ngidikan, Bantul, 4 Desember 1963.

Di tempatnya tinggal, yaitu di Parung, Bogor, Jawa Barat, perjuangan Kiswanti mampu mengubah 180 derajat masyarakatnya yang dulu buta huruf, kini menjadi masyarakat yang gemar membaca. Berkat keikhlasan Kiswanti pun, kini mereka memiliki sebuah taman bacaan walau sederhana.

Naik Onthel Meminjamkan Buku

Meski berprofesi sebagai ibu rumah tangga, namun kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar patut diacungi jempol. Tahun 1997, Kiswanti mulai mencoba mengenalkan buku dan mengajarkan membaca pada anak-anak di sekitar rumahnya di Kampung Lebak Wangi.

Upayanya ini tak serta merta diterima, bahkan beberapa warga sempat menganggap kegiatan yang diberikan Kiswanti hanyalah sia-sia dan membuang waktu. Dalam pandangan mereka, membaca merupakan budaya 'orang kaya', bukan masyarakat miskin seperti mereka.

"Bukan hanya itu, yang lebih mengkhawatirkan sejumlah anak bahkan bisa menggunakan bahasa tak senonoh saat berselisih paham," jelas Kiswanti, saat diwawancarai halohalo. Untuk itulah, ia makin bertekad membuka taman bacaan dan mengajarkan anak-anak yang tak sekolah dengan cerita-cerita yang mendidik.

Sebelum membuka taman bacaan, Kiswanti meminjamkan buku-buku bacaan ke lingkungannya dengan menggunakan sepeda onthel. Sepeda seharga 300 ribu tersebut ia beli dari uang tabungannya hasil berjualan jamu.

Dengan sepeda tersebut, ia keliling kampung di sekitar Parung, meminjamkan buku-buku bacaan secara gratis untuk siapa saja yang berminat. Ia berharap, dengan cara tersebut warga kampung akan tumbuh minatnya untuk membaca. "Mereka harus tahu kalau dengan membaca buku, kita akan mendapatkan hal dan pengetahuan baru."

Menunggak SPP, Tak Naik Kelas

Sebagai pecinta buku, Kiswanti cukup banyak mendapatkan pengetahuan. Inilah yang ingin ia bagikan pada warga di lingkungannya. Dengan semangat ini pula, ia memperbanyak koleksi bukunya dan mulai membangun sebuah taman bacaan. Diharapkan dengan taman bacaan ini, anak-anak akan lebih banyak mendapatkan pengetahuan.

"Dari kecil saya senang membaca buku apa saja," akunya, tak heran bila ia juga berharap anak-anak lain ikut merasakan dan memiliki kecintaan serta pengetahuan dari membaca. Ibunda Kiswanti, almarhumah Tumirah adalah sosok terpenting dalam hidupnya, meski berasal dari keluarga tak mampu namun sang ibu selalu mendukung kegemarannya dengan membelikan buku-buku murah yang mampu 'menenggelamkan' putrinya.

Ayahnya, Trisno Suwarno adalah seorang petani gurem di Bantul. Akibat tak ada biaya, ia sempat dilarang naik kelas oleh gurunya akibat menunggak SPP selama lima bulan. "Saat itu saya menangis, saya juga bertanya-tanya karena sering ikut berbagai lomba (seperti deklamasi dan membaca-red), tapi kenal tidak membayar SPP selama lima bukan saja tidak boleh naik kelas?" tanyanya dengan suara berapi-api.

Kejadian yang sama berulang saat ia duduk dibangku SLTA, saat itu Kiswanti baru kelas dua dan harus berhenti akibat tak ada biaya. Tak heran bila ijasah yang ia punya hanyalah ijasah dari Madrasah Tsanawiyah Negeri di kampungnya, karena Kiswanti pun tak menyelesaikan Kejar Paket C yang diambilnya.

Geram dengan dunia pendidikan yang menghadangnya, Kiswanti pun memilih untuk mengandalkan buku sebagai gudang ilmu paling berharga. Pengalaman pahitnya ini pula yang membuatnya makin mantap untuk memperkenalkan pentingnya membaca pada para warga di lingkungannya.

Jadi PRT Dengan Bayaran Buku

Mendirikan taman bacaan meski sederhana, tetap membutuhkan modal yang cukup. Dengan berprofesi sebagai pembantu rumah tangga di sebuah keluarga asal Philipina di tahun 1989, Kiswanti pun pelan-pelan membangun taman bacaannya.

"Saya bekerja tidak minta dibayar dengan uang, tapi dengan buku. Ya kalau sekarang, mungkin saya dibayar sekitar Rp. 40.000," jelasnya.

Ia pun menyisihkan uang belanjanya sebesar tiga ribu rupiah, dari total keuntungan warung kelontong miliknya yang beromset Rp. 7000 per hari.

Bukan itu saja, Kiswanti pun menyisihkan uang dari hasil tulisan ceramah di pengajian kelompoknya. Tulisan itu ia fotokopi lalu dijual seharga Rp. 5000.

"Setahun kemudian saya bisa membeli sepeda," katanya, bangga. Dengan modal itulah, lambat laun koleksi buku taman bacaannya mulai bertambah. Bila awalnya hanya berjumlah puluhan, kini bisa mencapai ratusan buku.

Kini, selain membuat taman bacaan gratis, Kiswanti pun mulai membuat berbagai kursus ketrampilan. Misalnya kursus komputer, mengaji, menjahit maupun menyulam bagi para orangtua. Ini merupakan salah satu strategi Kiswanti agar taman bacaannya tetap dikunjungi.

Setelah sepuluh tahun berkiprah, usia dan kesehatan Kiswanti diakui tak sekuat dulu. Perempuan berusia 45 tahun ini terpaksa mengurangi aktivitasnya yang segudang, akibat penyakit liver yang selama tiga tahun ini telah menyerangnya.

Namun usaha Kiswanti tak sia-sia, setidaknya kini masyarakat sekitar Parung mulai terbentuk budaya membaca. Masyarakat yang dulu dibutakan oleh kebodohan, kini lambat laun bangkit berkat buku pinjaman yang diberikan Kiswanti.

Baca Selengkapnya......

Senin, 20 April 2009

Kebebasan dalam Emansipasi

     Kebebasan dari emansipasi adalah kebebasan dari perbudakan, persamaaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, misal : persamaan hak, seperti kaum wanita dengan kaum pria. Di zaman modern seperti sekarang ini banyak kaum wanita menganggap bahwa emansipasi menunjukkan tidak ada lagi diferensiasi antara kaum wanita dengan kaum pria dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. 
       Masalah inilah yang timbul dan saat ini menjadi kendala besar untuk meningkatkan martabat kaum wanita, padahal menurut ilmu histories, pelopor emansipasi kaum wanita R.A Kartini menguraikan bahwa emansipasi bertujuan untuk membebaskan kaum wanita dari perbudakan dan keterbelakangan, misal pada waktu dijajah pada pada waktu dijajah oleh bangsa Belanda kaum wanita tidak diperbolehkan untuk sekolah seperti kaum pria, kaum wanita pada waktu itu hanya dijadikan budak penjajah dan mengurusi semua keperluan dapur. Maka dari itu emansipasi dijadikan sebagai tonggak baru untuk mengangkat dan memajukan derajat kaum wanita dan untuk bias mewujudkannya beliau mendirikan sebuah sekolah yang khusus untuk kaum wanita.
         Semenjak terdapat sekolah untuk kaum wanita yang didirikan R.A Kartini, banyak putrid bangsa ini yang mampu meningkatkan martabat kaum wanita dengan kepandaian dan keuletannyadalam berbagai bidang. Terbukti di zaman modern sekarang ini yang sudah merdeka, banyak anak- anak sekolah yang berprestrasi bahkan sebagian besar prestasi banyak diraih oleh kaum wanita.
      Tetapi dengan adanya prestasi-prestasi itulah kaum wanita sekarang merasa bias menandingi kemampuan dan berbagai kegiatan yang dimiliki kaum pria, misalkan saja dalam hal pacaran seorang wanita tidak malu untuk menyatakan perasaannya kepada kaum pria dan juga dalam hal kegiatan olahraga, seni, dll. Biasanya jika terdapat kejadian seperti orang-orang akan mengatakan bahwa ini adalah zamannya emansipasi, jadi harus menyamakan dengan kaum pria. Tetapi itu merupakan sebuah kesalahan, kita pasti sudah tahu bahwa kodrat kaum wanita pasti dibawahnya kaum pria dan bila kaum wanita di atas kaum pria itu tidak akan terjadi bahkan itu bisa menjatuhkan kehormatan dan martabat kaum wanita itu sendiri di mata masyarakat.
       Kesalahan kaum wanita yang lain adalah merokok, minum-minuman keras, pecandu narkoba, pergaulan bebas, dan masih banyak lagi, bukankah itu semua dilarang oleh agama islam baik kaum pria dan kaum wanita. Masalah lainnya yaitu bolos sekolah untuk anak-anak yang masih sekolah dan pecandu narkoba untuk orang yang suka memakai, kalau kedua hal itu sudah jelas ada dalam UUD dan pasti orang yang melakukannya akan mendapatkan hukuman. Jadi disini jika sampai ketahuan terdapat kaum wanita yang melakukannya, dimana rasa malu mereka ? dan dimana rasa kasihan mereka terhadap kaum wanita lainnya ? yang tidak tahu apa-apa tetapi malah menerima dampak buruknya.
        Dengan adanya masalah-masalah yang terjadi di atas, sudah dapat disimpulkan bahwa emansipasi, awalnya memang sebuah kemajuan tetapi di akhir berbanding terbalik, yaitu kemunduran yang didapatkan mungkin itu semua didasari karena masalah intern, misal : terlalu dibebaskan pergaulan kita oleh orang tuanya, tidak diperhatikan keluarganya atau ditinggal bekerja orang tuanya, jadi emansipasi disini termasuk kebebasan yang kebablasan. 
        Jadi sebaiknya para orang tua harus hati-hati menjaga anak-anaknya, khususnya anak perempuan khususnya dalam bidang pergaulan. Apalagi anak-anak remaja perempuan sekarang mudah sekali untuk dirayu, dibujuk dan dipengaruhi, jadi jangan sampai orang tua membebaskan anak-anak perempuanya dalam pergaulan karena akan cepat merubah perkembangannya dan itu adalah perkembangan yang negative. Dan bagi perempuan-perempuan dewasa yang dianggap sudah bisa mengatur diri sendiri harus tetap diawasi dalam pergaulan, misal : hal pacaran, orang tua harus tetap membatasinya, karena jika terlalu dibebaskan mungkin hanya akan mengakibatkan penyesalan bagi semua oran terutama orang tua.

By. Risa

Baca Selengkapnya......

Kamis, 02 April 2009

Sepercik Bara Api Wanita

Hati wanita zaman dahulu sangat senang jika dipanggil dengan kata perempuan. Perempuan dari kata ”empu” yang berarti ahlinya/orang yang pintar/mahir. Akan tetapi jika benar perempuan merupakan sesosok yang akhi dan mahir sudah seharusnya juga bahwa perempuan juga diakui keberadaanya, dinanti kehadirannya, dan disanjung namanya.
Sungguh ironis memang nasib wanita zaman dahulu, hanya sebatas ”kasur, sumur, dan dapur”. Semua itu akibat jeratan/kungkungan dan cekikan adat. Sudah lengkap penderitaan wanita Indonesia pada zaman dahulu, dimana adat mengalahkan segalanya, adat bahwa wanita tidak bisa duduk dibangku sekolah, harus dipingit, dinikahi dengan laki-laki tak dikenal, dan harus sedia dimadu.
Gambaran maut itu telah membuka hati seorang wanita putri dan Bupati Jepara, yaitu Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat untuk membebaskan wanita dari jeratan adat. Wanita itu bernama R.A Kartin, ia yang ingin menjadi dokterpun hanya diizinkan sekolah hingga usia 12 tahun karena harus dipingit.
Dibalik jeruji pingitan, R.A Kartini masih bisa membaca buku-buku terbitan Belanda yang memperluas pengetahuannya. Ia membuka sekolah bagi para gadis Jepara. Meskipun sekolah itu berjalan dengan lancar, kembali adat yang merenggutnya. Ia dilamar oleh Raden Adipati Joyo Ningrat dari Bupati Rembang.
Namun usia pernikahan merekapun hanya sebatas umur jagung, saat usia R.A Kartini 25 tahun, Ia harus kembali kesisi-Nya setelah melahirkan Singgih, putra pertamanya. Kendati demikian, karya-karyanya tidak lekas luntur begitu saja. Pemikirannya dapat digali dalam bukunya yang berjudul ”Habis Gelap Terbitlah Terang”. Dalam buku itu terdapat sebuah surat Kartini yang ternyata kepada Nn Zeehandeelar (6 Nov 1899) ”Engkau bertanya, apakah asal mulanya aku terkurung dalam empat tembok tebal. Sangkamu tentu aku tinggal didalam terungku atau serupa iti. Buan, Stella, penjaraku rumah besar, berhlaman luas sekelilingnya, tetapi sekitar halaman itu ada tembok tinggi. Tembok inilah yang menjadi penjara kami. Bagaimana luasnya rumah dan pekarangan kami itu, bila senantiasa harus tinggal diisana sesak juga rasanya”.
Mendengar kata-kata itu serasa hati teriris-iris. Bukan dari anak seorang bangsawan yang kita lihat tapi pemikirannyalah yang harus kita renungkan. Dari R.A Karini emansipasi wanita muncul kepermukaan, dan sampai sekarang masih didengungkan oleh kaum wanita dalam memperjuangkan hak kesetaraan dengan kaum pria. Hal untuk mendapatkan pendidikan dan hak untuk mencintai dan dicintai.
Emansipasi wanita, telah membawa kemajuan bagi kaum wanita itu sendiri. Diantaranya untuk duduk di legislatif dengan mengacu pada pasal 65 ayat 1 UU Nomer 12 Tahun 18 Februari 2003. Tidak hany itu, wanita kini telah dihargai dan dihormati serta tidak dipandang sebelah mata lagi. Yang lebih menabjubkan lagi bahwa Indonesia Pernah dipimpin oleh seorang wanita.
Dewasa ini, emansipasi wanita yang merupakan kebebasan lebih mengacu kepada kebablasan. Kebebasan berekspresi dan berpenampilanpun kian marak dimasyarakat. Degradasi moralitas wanitapun juga terbuka lebar didepan mata. Sementara itu terjadi karena kesalahan dalam memahami konsep emansipasi.
Sebagai contoh yang belum lama ini menimpa jagad hiburan pertelevisian Indonesia yang menayangkan seorang penyanyi dangdut yang terlalu bebas berekspresi, bergoyang, dan berpakaian tidak semestinya. Hingga berkaitanm dengan pornografi dan pornoaksi. Walaupun masuh RUU APP, sempat juga menjadi sangat menegangkan dan menjadi perdebatan rebut antara yang pro dengan alasan bahwa pornografi dan pornoaksi dapat merusak moral keturunan generasi muda dan yang kontra dengan alasan bahwa semua itu merupakan kebebasan berekspresi dan nilai seni.
Jika kita mau menelaah lebih dalam, sebenarnya RUU APP itu digunakan untuk melindungi kohormatan wanita yang merupakan objek penjualan, periklanan, dan perfileman. Akan tetapi jika RUU APP itu disahkan, apakah sejarah akan terulang kembali? Perempuan akan kembali hidup dalam belenggu peraturan bari itu. Sebenarnya, apabila wanita berjalan pada jalurnya tidak mungkin RUU itu dibuat. Tidak ada pula kontroversi berkecamuk dimana-mana.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Terdiri dari berbagai suku bangsa, adat dan kepercayaan masing-masing. Setiap daerahpun telah mempunyai pakaian adatnya sendiri-sendiri. Kebaya untu wanita Jawa pada umumnya lalu dan pakaian kurung ciri khas wanita Sumatra Barat ”Mingang Kabau”, orang Jepang saja yang merupakan negara maju tidak malu menggunakan pakaian kimono dan sudah seharusnya kita juga menghargai pakaian adat kita sendiri.
Wanita tetaplah wanita. Dalam kodratnya bahwa wanita tidak bisa bisa disamakan dengan kaum pria karena memang sudah hukum alam. Tetapi ”Biarpun Kuncupnya Mekar Menjadi Bunga”. Ungkapan dari Anis Matta yang artinya, berilah kesempatan sama bagi wanita untuk belajar mengembangkan pengetahuan dan kemampuan. Wanita ibarat bara api, sejauh apapun bara api terpencar tetap saja ia tidak akan menjadi api. Jadi jangan pernah membuat bara api itu menjadi api. Bagi kaum wanita kita manfaatkan emansipasi yang kita peroleh dari jangkauan kita salah gunakan untuk hal-hal yang kebablasan. Dan bagi kaum adam, bimbinglah wanita untuk menjadi yang selalu menjadi bagian negara timur. Bara api akan menyala dengan angin yang berhembus lembut dan akan indah jika memang seperti itu.

Oleh:
Desir intan air nirwana


Baca Selengkapnya......

Garis Hidup Wanita

Emansipasi wanita merupakan gagasan perjuangan R.A Kartini dan para pemudi tempo dulu. Sampai kini masih di dengung oleh kaum pemudi dalam memperjuangkan hak kesetaraan dengan kaum pria. Gerakan emansipasi wanita telah berjasa besar dalam menghantarkan kaum wanita Indonesia menuju mimbar kehormatan dan gerbang kehormatan. Harus dipahami, kebebasan bukan berarti kebablasan.

Emansipasi wanita/perempuan kerap disalah artikan oleh sebagian dari kita, yaitu dengan mengejar karier setinggi langit, kesetaraan gender yang kebablasan, bahkan dengan mengorbankan kodratnya sebagai perempuan. Padahal sesungguhnya apa yang diperoleh dari itu semua adalah kekalahan bagi perempuan yang paling telak.
Kodrat perempuan yang lazim kita kenal adalah bahwa setelah seorang perempuan menikah, kemudian akan mengurus keperluan suaminya, melahirkan anak dan menjaganya hingga dewasa. Bentuk kehidupan bagi sebagian perempuan seperti diatas adalah salah satu bentuk kebahagiaan yang paling alami. Namun bagi sebagian perempuan yang lain bentuk kehidupan tersebut adalah pengakuan dimana wanita tidak bebas bergerak dalam menentukan kehidupannya sebagaimana laki-laki.
Atas dasar penolakan bentuk kehidupan diatas, maka sebagian perempuan menyalurkan adanya kesetaraan gender antara laki-laki/perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. Kesadaran tersebut lebih kita kenal sebagai emansipasi wanita. Maka emansipasi yang benar adalah perjuangan kaum wanita demi memperoleh hak intik memilih dan menentukan nasib sendiri.
Kesetaraan gender/emansipasi wanita yang berasal dari barat terkadang bebablasan. Banyak perempuan dinegara-negara barat enggan menikah bahkan enggan untuk melahirkan dikarenakan perempuan-perempuan dinegara barat lebih memilih mengejar karier setinggi langit dibanding dengan menikah/melahirkan anak, karena ada yang beranggapan bahwa mengandung/melahirkan anak itu akan menghambat rejeki. Akibatnya pertumbuhan penduduk akan menjadi nol bahkan minus, ini artinya mengancam kelangsungan hidup umat manusia dinegara tersebut.
Emansipasi yang disuarakan oleh R.A kartini, sebenarnya lebih menekannkan pada tuntutan agar perempuan saat itu memperoleh pendidikan yang memadai derajat perempuan yang kurang pada masyarakat Jawa dan kebebadan dalam berpendapat dan mengeluarkan pikiran. Pada manusia itu tuntutan tersebut khususnya pada masyarakat Jawa adalah kelompok besar bagi perempuan yang disuarakan oleh perempuan.
Printis kesetaraan gender di Indonesia tidak hanya Kartini, ada Tjuk Nyak Dien dari Aceh yang memimpin sebuah pasukan perang mengusir penjajah menggantikan suaminya Teuku Umar. Tjuk Nyak Dien merupakan salah satu contoh paling baik emansipasi wanita dan kesetaraan gender di Indonesia karena beliau adalah pemimpin yang tidak hanya kaum wanita tapi juga laki-laki. Adapun perintis yang lain yakni Tjuk Mutia, Laksaman Tjuk Mahalayati, Martha Kristina tinahahu, Dwi Sartika dan sebagainya.
Dalam memperingati hari Kartini 21 April, yang kita harapkan tentu semangat Kartini yang menjadi teladan bagi kaum wanita Indonesia. Namun yang harus kita ingat bahwa dalam memperjuangkan kodratnya sebagai wanita.

Oleh
Niati Purbo Suci


Baca Selengkapnya......

Emansipasi Wanita, Awas “Kebablasan”

Emansipasi wanita adalah gagasan dari R.A Kartini. R.A Kartini adalah pejuang yang memperjuangkan derajat kaum wanita. Pada zaman dahulu perempuan sangat menderia. Penderitaa mereka akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa duduk dibangku sekolah, dinikahkan dengan paksa dengan orang yang tidak dikenal dan harus mau dimadu.

Gerakan emansipasi sangat berjasa besar bagi kaum wanita. Berkat jasa-jasa R.A Kartini wanita mulai diperhitungkan dalam kondisi apapun dizaman moderen ini dan menghapuskan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan.
Pada zaman sekarang kaum wanita boleh tersenyum, bernafas lega dan bebas kedudukannya sebagai kaum perempuan sudah dipandang layak bahkan terhormat. Kebebasan yang selama ini menjadi tuntutan menjadi kebablasan. Seperti pornografi, pornoaksi, dan eksploitasi wanita besar-beras yang telah mengundang perbedaan antara pro dan kontar.
Secara tidak langsung mereka sudah termakan isu yang dilontarkan dari negara barat yang banyak memusuhi doktrin-doktrin Islam yang jauh lebih memuliakan posisi wanita pada tempatnya sesuai fitroh. Mereka tidak tahu sama kekali dan sadar jika gagasan yang disusun R.A Kartini yang asli adalah mengadopsi penuh yang dilakukan oleh para wanita muslimah dari era Rosulullah SAW.

Oleh:
Imah


Baca Selengkapnya......

EMANSIPASI ANTARA KEMAJUAN DAN KEBEBASAN YANG KEBABLASAN

Mengenang R.A Kartini: Teladan Kaum Mudi Indonesia.

Emansipasi wanita merupakan gagasan perjuangan R.A Karini dan para pemudi tempo dulu. Sampai kini, masih didengung oleh kaum midi (baca: wanita) dalam memperjuangkan hak kesetaraan dengan kaum pria. Memang kehadiran wanita perlu diperhitungkan dalam kondisi apapun di zaman moderenisasi ini terbebas dari terbelenggu ruang gerak sempit.

Dalam buku ”Habis Gelap Terbitlah Terang”, terjemahan Armijn Pane (Balai Pustak, 1982). Terdapat sebuah surat R.A Kartini tertuju kepada Nn Zeehandelaar (6 November 1899): ”Engkau bertanya, apakah asal mulanya aku terkurung dalam empat tembok tebal. Sangkamu tentu aku tinggal didalam terungku atau serupa iti. Buan, Stella, penjaraku rumah besar, berhlaman luas sekelilingnya, tetapi sekitar halaman itu ada tembok tinggi. Tembok inilah yang menjadi penjara kami. Bagaimana luasnya rumah dan pekarangan kami itu, bila senantiasa harus tinggal diisana sesak juga rasanya”.
Dalam surat diatas, R.A Kartini menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk dibangku sekoalah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tidak dikenal, dan harus sedia dimadu. Bagi R.A Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa, dunianya hanya sebatas tembok rumah. sebagai misal, R.A Kartini saja hanya sampai 12 tahun diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School), harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Gerakan emansipasi wanita telah berjasa besar dalam menghantarkan kaum wanita Indonesia menuju mimbar kehormatan dan gerbang kebebasan, harus dipahami kebebasan bukan berarti kebablasan. Realita melintas ditengah-tengah kehidupan moderen, bahwa wanita tidak lagi dipandang sebelah mata, lebih di hargai dan di hormati. Dewasa ini, tak dapat di napikkan telah banyak kaum wanita dalam meniti karier, pendidikan bahkan jabatan melebihi kaum pria, memang telah menjadi tuntutan zaman.
Seperti pada pemilu 2004 lalu keterwakilan wanita diperhitungkan, dengan mengacu pada Pasal 65 ayat 1 UU Nomor 12 Tahun 18 Februari 2003 ”Setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR, DPRD propinsi dan DPRD kabupaten/kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%.
Ketentuan dari UU diatas merupakan tindak lanjut dari konvensi Persatuan Bangsa-bangsa (PBB), soal penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. selain itu, Unit Antar Parlemen (Inter Parliamentary Union) pada tahun 1997 di New Delhi mendeklarasikan ”Hak politik perempuan harus dianggap sebagai suatu kesatuan dengan hak asasi manusia.
Diasatu sisi UU tersebut membawa kemajuan bagi perempuan untuk duduk di legislatif, selama ini merasa termarginalkan dari panggung politik. Disisi lain, tuntutan kuota sama dengan melestarikan ketidak berdayaan. Sebuah ironi, meminjam istilah Abu Ridho-Ketua SIDIK Foundatian maksud hati kuota akan membawa pembebasan, tapi apa daya terperangkap oleh kuota itu sendiri;perempuan.

Emansipasi dan Degradasi Moralitas.

Degradasi moralitas wanita terbuka lebar didepan mata, lantaran kesalahan dalam memahami konsep emansipasi. Berkaitan dengan pornografi dan pornoaksi, beberapa waktu lalu terjadi perdebatan alot dan sangat menegangkna antara pro (dapat merusak moral terutama generasi muda) dan konta (kebebasan berekspresi dan nilai seni) terhadap RUU APP (Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi).
UU tersebut, pada hakikatnya upaya melindungi kehormatan wanita selama ini dijadikan objek penjualan utama produk pornografi dan pornoaksi, mulai dari ikatan-ikatan terkadang setengah telanjang-maaf bahkan telanjang, Ditambah lagi adegan-adegan mesum di televisi semua lebih disimbolkan dengan perempuan. Praktik tersebut, tidak bisa digolongkan menjadi emansipasi atau kebebasan tetapi lebih ”kebablasan”. Padahal, emansipasi wanita oleh pemudi zaman klasik adalah membuang stigma kasar bahwa wanita hanya berkisar ”Kasur, sumur, dan dapur”. Paradigma ini, dapat membuat kaum wanita tertekan, tertindas bahkan merasa tak berguna.
Hari ini, perlu diwaspadahi banyak wanita menuntut kesamaan hak dengan pria, kesamaan untuk berkompetisi dalam dunia liberal dan terbebas dari ikatan kultur. Dengan adil mendobrak steotip bias gender kaum feminis (baca: wanita) dengan mengusung gerakan emansipasi. Perlu diingat bahwa konsep emansipasi gagasan R.A Kartini sangat bertolak belakang dengan emansipasi kaum feminis.
”The and of the instituon of marriage is a necessary condition for the liberation of women” (Declaration of Feminism, 1971). Dari deklarasi tersebut, kaum frminis menganggap institusi pernikahan sebagai The Frakentein Monster (dalam filem horror: sesosok mayat manusia dihidupkan kembali dan memiliki rupa menyeramkan, sadis, bahkan menjijihkan) harus dipengaruhi demi kebebasan perempuan.
Selain itu, Robin Morgan, Editor Ms. Magazine (masalah kebangsaan kaum feminis), mengatakan bahwa pernikahan hanya akan menghambat kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Bahkan Sheila Cronin, tokoh terkemuka kaum feminis menganggap pernikahan tak ubah sebagai praktik perubahan terhadap prempuan.
Kedua, gerakan penyadaran sendiri mungkin terhaap generasi muda akan hakikat emansipasi wanita. Sejak dini, kaum mudi harus sudah harus dikenalkan dan diberi penjelasan terhadap batasan-batasan kebebasan dan hak mutlak harus dimiliki wanita. Sehingga, cara ini akan mampu memfliter kaum mudi dari kebebasan tanpa arti sekaligus menyelamatkan kaum muda mudi pengaruh kebebasan ”Kebablasan”.
Realita dewasa ini, mewartakan telah terjadi semacam pergeseran paradigma berpikir kaum mudi. begitu pula dari segi penampilan, sebagai misal kebaya ciri khas pakain wanita Jawa dan baju kurung ciri khas pakaian wanita Sumatar Barat ”Minangkabau”, telah dijauhkan dan menjadi tak menarik bagi kaum mudi dengan alasan ketinggalan zaman. Padahal, memberikan kesan sopan dan satuan ala Indonesia.
Ketiga, menanamkan prinsip bahwa wanita tidak akan pernah sama dengan pria. Kesadaran wanita akan kodrat, akan mampu mengurangi resiko sebuah persaingan tanpa batas antara pria dan wania dalam memenuhi peran dan menjalankan berbagai aktivitas. Memang, sudah hukum alam peranan kaum perempuan tidak bisa disamakan dengan kaum pria.
R.A Kartini dapat menjadi sosok teladan kaum mudi khususnya dan wanita Indonesia umumnya, dalam perjuangan hak-hak wanita dipanggung kehidupan hingga mampu berperan lebih banyak. Sangat tepat ungkapan Anis Matta, dalam buku ”Biarlah Kuncupnya Mekar Menjadi Bunga”. Dalam artian, berikan kesempatan sama bagi wanita untuk belajar mengembangkan pengetahuan dan kemampuan.

Oleh:
Pepta Ramadani.


Baca Selengkapnya......

EMANSIPASI ANTARA KEMAJUAN DAN KEBEBASAN YANG KEBABLASAN

Emansipasi sudah mendarah daging hingga terlupa kalau mungkin memang harus dirayakan.
Apa sih arti emansipasi? Emansipasi itu ada karena adanya ketidakadilan yang diberlakukan kepada kaum wanita, adanya ketidaksamaan hak yang dimiliki perempuan dengan laki-laki dengan alasan gender. Maka emansipasi adalah suatu pemikiran yang bertujuan menyamakan hak-hak perempuan dengan hak laki-laki membela dan melindungi hak-hak tersebut.
Dulu, fungsi kaum wanita hanya melayani suami, hamil, mengurusi anak, masak dan urusan rumah tangga lainnya. Tidak boleh belajar di sekolah. Bahkan ada yang tidak boleh memilih calon suaminya sendiri.

Ketika wanita sudah boleh belajar, bekerja di luar rumah, ternyata ketidakadilan masih saja meliputi kaum ini.

Pertama masalah tipe pekerjaan itu, terbatas pada pekerjaan sekretaris, asisten, pelayanan restaurant, pembantu rumah tangga, dst. Sekarang, kaum wanita bekerja di berbagai macam sector yang sebelumnya didominasi kaum lelaki di area teknik, investigasi, militer, ekonomi, hyukum, dst.

Yang masih terjadi ketidakadilan mungkin di masalah gaji. Ada negara-negara di mana gaji pekerja perempuan selalu lebih rendah daripada kaum muda wanita Indonesia lebih agresif menawarkan diri sejalan dengan emansipasi …..

Hmm….

Salah satu hal yang diinginkan para pejuang emansipasi adalah berubahnya pandangan dunia terhadap wanita, bahwa wanita bukan objek seksual, bukan objek kaum lelaki. Bahwa wanita sebagai manusia mempunyai hak ambisi dan cita-cita dan hak-hak itu seringkali tertindas karena alasan gender/jenis kelamin.

Maka jika wanita menawarkan diriya kepada kaum lelaki (dalam hal yang kita bicarakan sebelumnya terutama kepada para pria asing) dikaitkan dengan kemajuan hak dan peran wanita ….. mungkin tidak sejalan dengan ide emansipasi.

Wanita boleh menyatakan cintanya lebih dulu di hadapan seorang lelaki.

Wanita boleh mempunyai inisiatif.

Wanita boleh mempunyai tanggung jawab yang lebih besar daripada kaum lelaki.

Wanita mempunyai potensi yang sama dengan kaum lelaki sebagai seorang manusia yang memiliki kemampuan berpikir, memimpin, memutuskan, beraktivitas, dst.

Jika wanita menawarkan dirinya kepada kaum lelaki, untuk apa? Kebanyakan dari mereka menawarkan diri bukan karena cinta, namun karena melihat si lelaki yang berduit dan bermasa depan gemilang. Inilah yang sebenarnya tidak sejalan dengan ide emansipasi.

Idenya adalah wanita tanpa lelaki bisa mandiri, bisa bekerja dan memenuhi kehidupannya. Jika ada wanita yang mempunyai ide mendapatkan lelaki yang bisa menanggung hidupnya, berarti wanita itu sendiri yang tidak ingin beremansipasi dan membenarkan ide anti-emansipasi. Mengenaskan.

Oleh : Eka Yuliana



Baca Selengkapnya......

EMANSIPASI ANTARA KEMAJUAN DAN KEBEBASAN YANG KEBABLASAN

Di jaman sekarang kaum wanita boleh tersenyum, bernafas lega dan bebas. Kedudukannya sebagai perempuan sudah dipandang layak bahkan terhormat, jika dibanding masa penjajah. Ketika itu kaum hawa hanya berkisar “Kasur, sumur dan dapur, yang menjadikannya selalu tertekan, tertindas, terhina dan tak berguna. Namun setelah emansipasi wanita gagasan R.A. Kartini muncul, pelan-pelan stigma kasar itu terhapus. Selanjutnya slogan-slogan yang di usung Kartini ini selalu disuarakan para aktivis dan tokoh kaum hawa hingga kini.

Dengan dalil mendobrak streotip bias gender kaum feminis, mereke mengusung gerakan emansipai, terus memperjuangkan wanita, menuntut kesamaan, serta kesetaraan hak dengan pria utuk berkompetisi dalam dunia liberal dan terbebas dari ikatan cultural. Mereka berupaya mengjapus, membuang paradigma wanita klasik untuk dibawa, dilindungi serta dihantarkannya menuju mimbar kehormatan dan gerbang kebebasan. Bahkan dalam gerakannya dilindungi undang-undang yang mengatur partisipasi perempuan untuk maju.
Lihatlah Pasal 65 ayat 1 UU Nomor 12 tahun 2003, “Setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten atau kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%. Belum lagi di beberapa negara lain, salah satunya di New Delhi, India pada Pendeklarasi Uni antar Parlemen (Inter Parliamentary Union), melahirkan “Hak politik perempuan harus dianggap sebagai satu kesatuan dengan hak asasi manusia. Oleh karena itu, politik perempuan tidak dapat dipisahkan dari hak asasi manusia”. Semua ini mengacu dan saling berkaitan pada tindak lanjut konvensi PBB soal penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Secara kesimpulan, realita telah muncul di tengah-tengah kehidupan modern, bahwa wanita tidak lagi dipandang sebelah mata, lebih dihargai dan dihormati, sehingga dewasa ini, banyak kaum wanita dalam meniti karier, pendidikan bahkan jabatan melebihi kaum pria. Namun, karena kesalahan dalam memahami konsep emansipasi akhirnya apa yang terjadi.. Tujuan dan cita-cita Kartini sudah mulai “melenceng” jauh. Kebebasan yang selama ini menjadi tuntutan menjadi kebablasan. Emansipasi yang selalu di dengung-dengungkan berubah menjadi “Amansipasi”. Degradasi moralitas wanita telah terbuka lebar di depan mata. Pornografi, pornoaksi dan eksploitasi wanita besar-besaran telah mengundang perdebatan a lot, sangat menegangkan antara pro (dapat merusak moral, terutama generasi muda) dan kontra (yang berdalih kebebasan berekspresi dan nilai seni) terhadap RUU APP (Rancangan Undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi).

Peraturan yang pada hakikatnya upaya melindungi kehormatan wanita selama ini justru dijadikan objek penjualan utama produk pornografi dan pornoaksi. Lihatlah! Bagaimana ramainya gambar-gambar, iklan dan tayangan yang sebagian besar mengeksploitasi kaum hawa, bahkan tidak sedikit yang membuka auratnya. Belum lagi berbagai adegan mesum di televisi, semua lebih disimbolkan dengan perempuan. Apakah itu yang namanya emansipasi dan kebebasan, atau lebih “Kebablasan”? Tidaklah semua itu disebut sebagai “Pengkhianatan emansipasi wanita”? Beginilah apabila salah dalam menafsirkan kebebasan tanpa menoleh ke belakang bagaimana Kartini dulu sangat bertolak belakang dengan semua ini. Maka yang terjadi adalah pengkhianatan terhadap konsep “Emansipasi wanita”. Secara tidak langsung mereka sudah “termakan” isu yang dilontarkan dari negeri barat yang banyak memusuhi doktrin-doktrin Islam yang jauh lebih memuliakan posisi seorang wanita pada tempatnya sesuai fitroh. Antara laki-laki dan wanita, masing-masing punya hak dan kewajiban sendiri-sendiri serta saling melengkapi sesuai firman Allah yang berbunyi :

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”. (An-Nisa’ ayat 34).

Mereka sama sekali tidak tahu dan sadar jika gagasan yang disusung Kartini yang asli adalah mengadopsi penuh dari apa yang dilakukan oleh para wanita muslimah di era Rasulullah SAW. Sebutlah! Siapa yang tak kenal Khadijah binti Khuwailid, Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Juwairiah binti Harits, Maimunah binti Harits, Ummu Salamah, Zainab binti Jahsy, Fatimah binti Muhammad, Ummi Kutsum binti Muhhamad dan masih banyak lagi. Tanpa dikenal sejarah umum, tak pernah dirayakan hari lahirnya, tak pernah dibangga-banggakan, di gembar-gemborkan, mereka hampir terlupakan, tapi mereka justru jauh lebih berhasil dan betul-betul “memerdekakan” derajat kaum hawa.

Mereka-mereka itu bukan saja pahlawan teoritas saja, tapi lebih dari itu. Merekalah wanita-wanita yang telah memberikan suri tauladan mulia untuk keberlangsungan emansipasi wanita, bukan saja hak yang mereka minta akan tetapi kewajiban sebagai seorang wanita, istri, anak atau sahabat mereka ukir dengan begitu mulianya seoptimal mungkin menurut konsep al-qur’an dan assunnah. Dialah wanita yang mampu menyelaraskan fungsi, hak dan kewajibannya, berani mengangkat senjata, berani menghadapi lawan-lawan yang jauh lebih kuat, jauh lebih hebat demi tegaknya kalimat Tauhid. Dan semua ini tertulis dengan lengkap dan jelas dalam surat At-Taubah 71, An-Nisa 34, Al-Baqoroh 233, Al-furqan 33 dan Ali Imran 104-110 dan hadist-hadist Nabi, diantaranya adalah : “Kami pernah bersama nabi SAW dalam peperangan, kami bertugas memberi minu para prajurit, melayani mereka, mengobati yang terluka, dan mengantarkan yang terluka kembali ke Madinah.” Ummu Haram ra, yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra, dimana ia berkata, “Nabi SAW bersabda : “Sejumlah orang dari ummatku menawarkan dirinya sebagai pasukan mujahid fi sabilillah. Mereka mengurangi permukaan lautan bagaikan raja-raja di atas singgasananya.” Lalu tiba-tiba Ummu Haram ra berkata : “Ya Rasulullah, doakan saya termasuk diantara mereka itu.” Lalu nabi SAW mendoakannya…”



Karena itulah jika kita cermati bagaimana para pejuang muslimah dahulu berbeda jauh dengan sekarang. Sesungguhnya fenomena muslimah hari ini (kebanyakan telah menyimpang jauh dari Allah dan RasulNya, dan kehilangan jati dirinya sebagai muslimah adalah hasil dari rekayasa mereka yang menghendaki ajaran Islam itu kabur, sulit difahami dan terkesan kolot (terbelakang) serta menghambat kemajuan. Para wanita yang dalam Islam sangat dihormati dan dimuliakan digugat. Aturan-aturan Islam yang tinggi dan sempurna dituding sebagai biang keladi “terbelakangnya” para wanita Islam. Dengan berkedok penerus Kartini, musuh-musuh Allah yang lantang meneriakkan isu hak asasi, kebebasan, modernisasi, dan persamaan inipun menyerang masalah poligami, hak menthalaq, hak warisan, masalah hijab, dan sebagaina sebagai hal-hal yang melemahkan Islam. Islam dikatakan telah merendahkan harkat dan marabat wanita, sedang Barat lah yang mengangkat dan memuliakannya. Cobalah kita bandingkan dunia Islam dan dunia Barat, pada satu sisi mereka maju di bidang duniwi yang pernah dimiliki kejayaan Islam, tapi kita lihat hubungan-hubungan sosial mereka, hubungan antara masyarakat, suami dan istri orang tua dan anak dan lain sebagainya? Islam lebih gemilang dengan hal-hal itu.

Marilah wahai semua wanita muslimah ! Mari siapkan dan tingkatkan kualitas keislaman kita, agar tidak terpengaruh dengan slogan-slogan barat yang akan menghancurkan pilar-pilar Islam dan menyilaukan mata kita. Selamat Hari Kartini semoga wanita Indonesia bisa lebih meningkatkan khazanah keislamannya dan menghasilkan karya-karya besar untuk kemajuan Indonesia dan Islam pada umumnya, amin Allahumma amin.

Oleh : Nur Asyita

Baca Selengkapnya......

EMANSIPASI ANTARA KEMAJUAN DAN KEBEBASAN YANG KEBABLASAN

Wanita adalah makhluk yang indah, lemah, lembut, dan perasa. Dari rahim seorang wanitalah kita semua bisa menapaki dunia. Wanita adalah makhluk yang terhormat dan perlu dihormati serta dihargai. Begitu mulia dia hingga banyak sekali lagu, syair, dan buku-buku tercipta karena dia. Hormatilah wanitamu …

itu adalah salah satu lirik lagu yang masih terngiang-ngiang di kepala ini. Menurut saya, kata “wanitamu” bukan hanya berarti pacar atau istri, tapi lebih luas dari itu. “Wanitamu” dapat merujuk pada ibumu, kakakmu, adikmu, keponakanmu, bibimu, teman-temanmu, sahabatmu. Ya … kita semua patut menghormati semua wanita yang ada di sekitar kita.
Lalu apa jadinya jika sebagian wanita sekarang tidak lagi anggun, lemah lembut, dan perasa? Akan jadi apa negara dengan wanita seperti itu? Baru-baru ini di TV diberitakan tentang kekerasan wanita.. Kali ini bukan kekerasan yang dilakukan suami terhadap istrinya seperti yang biasa diberitakan. Kali ini kekerasan terjadi diantara wanita. Di Papua, ada perkelahian antar pelajar wanita karena saling berebut kekasih. Tampak di layar TV dua orang wanita memakai sarung tinju saling adu jotos. Di Boyolali, ada kekerasan yang dilakukan oleh siswi SMU terhadap adik kelasnya. Lewat rekaman amatir, dapat dilihat betapa brutal siswi itu dalam menghajar adik kelasnya itu. Sesekali siswi itu berteriak-teriak sambil mengacungkan tangannya. Tak lama kemudian, sebuah tamparan bertubi-tubi mendarat di muka sang adik kelas. Belum lagi kekerasan yang dilakukan oleh genk nero tahun lalu yang hanya menambah daftar panjang kekerasan wanita.

Kartini adalah wanita yang mulia, cerdas, dan lemah lembut hatinya. Ia berjuang keras demi kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, hingga akhirnya munculah kata emansipasi. Perempuan kini dapat beraktivitas dan berkarier setara dengan laki-laki. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dari sisi hukum, dari kesempatan bekerja, dan kesempatan berkarya. Apa jadinya jika Kartini mengetahui tentang kekerasan yang dilakukan oleh segelintir kaumnya. Tentu Kartini akan menangis tersedu-sedu. Mungkin saja dia berfikir bahwa buku Habis Gelap Terbitlah Terang karyanya tak lagi berarti di jaman ini.

Lewat tulisan ini, saya bukannya berniat menjelek-jelekkan citra wanita. Bukan pula melegalkan perbuatan-perbuatan kekerasan yang dilakukan oleh kaum laki-laki.

Oleh : Endar Dewi Utami

Baca Selengkapnya......

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP GENERASI MUDA

Kemajuan bangsa-bangsa maju yang mempunyai dampak kepada seluruh bangsa maju lainnya atau negara berkembang seperti Indonesia berpengaruh besar terhadap Globalisasi teknologi. Berkembangnya teknologi-teknologi dan ilmu pengetahuan menciptakan alat-alat yang canggih dan praktis seperti halnya Komputer dan HP. Bahkan jaringan Internet yang memudahkan manusia menyampaikan/menerima pesan dan mencari informasi di seluruh duniapun bisa dilakukan dengan cepat. Keuntungan alat-alat teknologipun banyak dipergunakan pada abad ke-20 ini, seperti :

1) Komunikasi jarak jauh dengan lancar

2) Menambah ilmu pengetahuan dan teknologi

3) Memajukan gaya hidup bangsa

4) Mempermudah informasi dan pekerjaan dan lain-lain.

Namun selain itupun kemajuan teknologi mengancam norma dan nilai-nilai agama, mengancam perkembangan kehidupan generasi muda selanjutnya. Itu pula yang termasuk jenis jajahan dari negara-negara tertentu dengan menggunakan teknologi-teknologi tersebut. Seperti terdapatnya gambar-gambar pornografi / rekaman pornoaksi yang dilakukan oleh orang-orang luar negeri maupun dalam negeri sehingga membuat generasi muda sekarang terpancing untuk mencoba bahkan lebih parahnya pelajar-pelajar muda /di bawah umur, yang melakukan itu hanya menganggap suatu iseng belaka. Kehormatan, harga diri, kevirginanpun dianggap remeh dan dikorbankan hanya untuk sebuah keisengan yang sebenarnya itu tidak lazim dilakukan. Contohnya adalah HP yang selazimnya digunakan untuk tukar- menukar informasi disalahgunakan untuk aksi penipuan dan penyebaran gambar-gambar senonoh. Hal-hal tersebut akan sangat mudah berkembang apabila norma-norma tidak ditanamkan oleh orang tua pada jiwa anak-anaknya.

Ketidakpedulian orang tua pun dapat menjadi pendorong terkuat untuk anak-anak melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya dan fatal. Memang diperbolehkan orang tua memberikan kebebasan terhadap anaknya, namun kebebasan itupun diimbangi dengan penanaman norma agama dan pengawasan. Bukan hanya itu saja yang diguanakan ada faktor lain seperti perhatian dan kasih sayang, itu membuat akal fikiran, jiwa, kepribadian dan kelakukan seimbang dan membuat anak lebih bisa membawa dirinya sendiri. Namun, jika orang tua memberikan kebebasan yang berlebihan dan tanpa menanamkan norma dalam jiwa anak akan memudahkan anak masuk dalam pergaulan bebas yang termasuk akibat dalam Globalisasi / kemajuan teknologi.

Bahkan kebebasan itu menimbulkan akibat-akibat yang parah, seperti :

1) Hamil muda

2) Munculnya penyakit HIV

3) Maraknya kasus aborsi

4) Kematian

5) Kepadatan penduduk

6) Ketidaksiapan anak menerima akibat-akibat itu dan ketidaksiapan hidup dan menjadi semakin susah dan menderita di kehidupan nanti.

7) Semakin bodoh dan rusaknya generasi-generasi muda

Maka dari itu, kita harus berusaha menanggulangi informasi-informasi di Internet supaya dapat disaring dan masalah-masalah kebebasan anak yang keblabasan, dapat menjadi masalah yang harus didahulukan untuk memperbaiki generasi muda yang akan datang.

Oleh : Endar. W

Baca Selengkapnya......

EMANSIPASI ANTARA KEMAJUAN DAN KEBEBASAN YANG KEBABLASAN

Mendengar istilah emansipasi, pikiran kita pasti akan tertuju pada sosok Raden Ajeng Kartini. Karena beliau adalah pencetus gagasan perjuangan emansipasi di jaman dulu.
Faktor yang mendasari beliau memperjuangkan emansipasi wanita, karena berbagai penderitaan yang dialami beliau dan para wanita di jaman dulu. Kehidupan yang tidak bisa bebas bagai hidup dikelilingi tembok yang tinggi dan kokoh. Adanya kungkungan adat, yang dipingitlah, tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah. Terlebih lagi anggapan orang tua, wanita hanyalah sebagai hiasan/pajangan rumah. Tugas mereka hanya 3M, yaitu Macak, Masak dan Manak.

Gerakan emansipasi wanita telah berjasa besar dalam menghantarkan kaum wanita Indonesia menuju gerbang kebebasan. Namun, bukan berarti kebebasan yang kebablasan, melainkan kebebasan yang mengarah pada suatu kemajuan.

Di jaman modernisasi sekarang ini kehadiran wanita perlu diperhitungkan dalam kondisi apapun. Banyak dari mereka yang menduduki kursi DPR bahkan menjadi Presiden sekalipun, meski sebenarnya para wanita hanya boleh memimpin kaum wanita saja. Namun, di jaman sekarang tidak ada yang tidak mungkin bagi wanita mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya.

Meskipun sudah mendapat kebebasan layaknya laki-laki, sebagai wanita yang beriman dan beragama, jangan sampai kita mengabaikan perintah-perintah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Jangan sampai kita terjebak dalam dunia yang fana. Jangan sampai terlena akan nikmatnya dunia yang hanya sementara. Banyak para wanita yang kehilangan masa depan yang cerah, karena perbuatan mereka yang kebablasan, misalnya dalam berpacaran. Jangan sampai sebagai wanita kita tunduk pada laki-laki sebelum ia menjadi imam dalam rumah tangga.

Kemajuan dan kemunduran kaum wanita, semua itu tergantung pada diri kita sendiri. Apakah selama ini kita sudah meningkatkan derajat kaum wanita atau belum. Jangan sampai sebagai generasi penerus yang semakin mundur, namun harus menjadi generasi penerus yang dapat memajukan derajat dan martabat kita sebagai wanita.

Oleh : Tri Nupiyarin

Baca Selengkapnya......

Kesederajatan Kaum Adam dan Hawa

Ingatkah kamu dengan “KoTa UkiR”?

Ya……Sebut saja Kota JePaRa, kampung halaman pahlawan emansipasi kita. Tepatnya pada tanggal 21 April 1879 lalu. Pahlawan emansipasi yang kerap kita sebut dengan “R.A. Kartini” ini terlahir. Beliau dengan keteguhan jiwa dan raga memberontak KE_TIDAK_SEDERAJATAN antara kaum ADAM & HAWA. Hingga tahun tahun 1904, ketiadaan Beliau masih memberikan kemerdekaan bagi kaumnya.

Kesederajatan harkat & martabat kaum ADAM & HAWApun tercapai.Kumpulan harian-harian dalam secarik kertas, kini telah diwujudkan dengan Kutipan Buku yang Berjudul “HABIS GELAP TERBITLAH TERANG”. Buku yang berisikan curahan hati Seorang R.A. Kartini tentang derita kaumnya.
Diera Globalisasi ini, Emansipasi bukanlah rahasia lagi. Dengan kemajuan teknologi & pemikiran yang semakin maju ini, tak sedikit dari kaum Hawa yang menjadi pemimpin-pemimpin Negara. Emansipasi ini adalah untuk kelancaran ADMINISTRASI NEGARA.

Tahukah kamu makna Emansipasi yang diharapkan R.A.Kartini????

Ya……Kesederajatan antara Kedudukan Kaum Adam & Hawa di Bidang apapun baik politik, ekonomi maupun social. Inilah makna Emansipasi yang sebenarnya. Kesejajaran bukan berarti hidup bebas untuk menindas kaum ataupun merandahkan kaum Hawa, tapi kesejajaran untuk sama-sama dalam menopang tanggung jawab.

Sekarang ini, sudahkah emansipasi R.A Kartini berjalan sesuai pelaksanaannya???

Tidak….

Ditahun ini, masih banyak kaum ADAM yg menganggap kaum HAWA adalah rendah, .padahal tanpa kaum HAWA mereka tidak bisa menopang tanggung jawabnya SENDIRIAN.



Menyibak Sisi lain…

Kaum HAWA kadang bisa menjadi “SERIGALA” yang MENCEKAM bagi kaum ADAM.

Lihatlah!!!

Tak sedikit di Negeri ini, wanita-wanita bersikap & bertingkah kasar pada lawan jenisnya. Bahkan banyak pula pria takhluk degan pesona & kegarangan seorang wanita.

Untuk apa EMANSIPASI ada,, Kalau hanya dijadikan cambuk untuk kesombongan???

Emansipasi bukan berarti derajat wanita lebih lebih tinggi daripada pria. Emansipasi adalah derajat wanita yang sejajar bukan sarana untuk penindasan.

Bukan kebebasan yang lebih???mutlaknya untuk lebih menjaga daripada pria, tapi kebebasan dalam berpartisipasuntuk mendukung hidup agar lebih Maju & Berdaya guna.

Hidup wanita adalah tergantung pada pria, begitupun sebaliknya. Akan timbal balik saling membutuhkan. Untuk itu Kesejajaran/Kesederajatan ini menjadikan tatanan hidup lebih terjamin, lebih saling menhormati & lebih saling mendukung satu sama lain. Dangan begitu Emansipasi yang kondusif akan terwujud dengan kemajuan yang penuh kebijak sanaan & terhindar dari KEBEBASAN YANG KEBABLASAN………


( APRILIA SUSANTI )

Baca Selengkapnya......

EMANSIPASI KEMAJUAN ATAU KEBEBASAN YANG KEBIASAAN

Emansipasi kemajuan adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang dalam hidup dan karirnya.Setiap orang menginginkan kemajuan dalam hidupnya dan karirnya,untuk meningkatkan derajat atau karirnya.
Tapi dalam keadaan kemajuan pada saat ini terdapat Emansipasi kemajuan atau kebebasan yang kebiasaan, halnya seperti WARIA yang berasal dari lelaki yang baik,sopan, dan bertingkah laku yang baik disetiap orang , ..

dan masyarakat dei sekelilingnya, tapi kebebasan itu menjadi kebiasaan itu yang mana dia menjadi diri orang lain halnya WARIA karena dia melangkai kodratnya sebagai lelaki.
Kata WARIA sudah tidak asing lagi ditelinga kita, hati, perasaan, dan tingkah laku yanjg menyerupai WANITA dan perasaan itu menjadi kebiasaan dan menjadikannya seorang WARIA yang banyak kita temukan di jalan raya perkotaan.Seperti WARIA yang melangkai kodratnya sebagai lelaki, karma kebebasan yang terjadi di dalam durinya dan tempat tinggalnya.

Hal ini yang sangat membuat resah setiap orang dengan keadaan WARIA yang berada di lingkungannya.Pada halnya WARIA berasal dari faktor-faktor tertentu, surfai mengatakan 85% factor utama menjadi WARIA adalah faktore ekonomi yang semakin mahal dan lahan pekerjaan yang tidak sesuai dengan faktor pendidikannya pada malam hari para WARIA ini menjalani pekerjaannya dipenruju jalan raya, walau pekerjaan itu sangat berbahaya dan berdosa para WARIA tidak pernah mengaruh karma Cuma pekerjaan itu yang saat ini bisa dilakukan setiap malam, dia hanya menggunakan pakaian yang sangat seksi hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya.

Kehidupan seorang WARIA sangatlah tidak nyaman, setiap dia pergi, setiap dia melangkah dia selalu diejek setiap orang disekitar tempat tinggalnya, dia hanya bias bersabar dalam menghadapi ejekan setiap orang.

Dalam keadaan Emansipasi kemajuan atau kebebasan yang kebiasaan seharusnya kita harus pandai dalam bergaul dan meningkatnya ketaqwaan kita kepada Tuhan.


( ANA )

Baca Selengkapnya......

PERUBAHAN EMANSIPASI

Di zaman sekarang ini wanita patut kita acungi jempol bukan lantaran wanita itu cantik dan modis, tapi lantaran wanita itu bisa maju dan berkembang. Sekarang para wanita sering menuntut disejajarkan dengan laki-laki disegala bidang seperti, education, karier, politik dan sebagainya. Kita tahu kan???? Bahwa dulu kita (wanita) sering direndahkan, dipandang sebelah mata, hanya karenakita dilahitkan sebagai wanita....

Wanita dianggap hanya mampu mengerjakan pekerjaan rumah dan tentunya melayani suami saja sering orang Jawa berpendapat bahwa wanita itu hanya konco wingking. Yang hanya mampu bekerja dalam PT UR (Perempuan berTempat di kasUR, SumUR, Dan KasUR) Dan karena kekolotan budaya lalu wanita dilarang melakukan pekerjaankaum laki –laki ya kata sih!!!! bahkan pada zaman dulu hanya untuk mendapatkan secuwil pendidikan disekolah dasar saja wanita dilarang dan alasanyapun sangat amat klasik “wanita hanya untuk dibelakang”. Keadaan seperti dialami hampir semua wanita pada zaman dulu mengalaminya, hingga lahirnya seorang wanita di Jepara, yaitu Raden Ajeng Kartini yang dulu menentang segala diskriminasi wanita dengan caranya sendiri yaitu dengan tulisan- tulisan tangannya yang sangat terkenal dengan sebutan “Habis GelapTerbitlah Terang“. Bahkan dengan semangat yang dimilikinya, R.A. Kartini dinobatkan sebagai tokoh emansipasi wanita.
ADAT KARTINI MASIH ADAKAH………..???

Dulu para wanita dalam memperingati hari Kartini pasti dengan memakai baju adat kebaya. Jangan salah…..!!walaupun banyak orang bilang “ Hari gini Pakai Kebaya ?? no way…..”. Tapi sejatinya banyak makna yang terkandung dalam pakaian adat itu,misalnya dalam memakai jarik yang menandakan bahwa wanita itu dalam melangkah senantiasa selalu hati – hati. Di balik sanggul yang ia kenakan mengandung falsafat yang sangat luar biasa. Bahwa seorang wanita Jawa selalu dan senantiasa menata hidupnya serta menatap masa depan dengan optimis.

Nah….., sekarang kita lihat apa yang terjadi budaya yang dulu diagung – agungkan itu mulai pudar bahkan bisa saja lenyap. Sebagian wanita cenderung melupakan budaya tersebut. Mereka memang masih mengenang sosok R.A Kartini sebagai tokoh emansipasi wanita, tetapi mereka mulai melupakan budaya dan jati diri mereka sendiri. Mereka cenderung menggunakan dasar emansipasi wanita untuk mendapatkan hak mereka.Hak sebagai wanita.sebenarnya mereka bisa mendapatkan hak mereka tanpa harus melangkahi kodrat merekasebagai wanita.

Sekarang ini sebagian besar wanita Indonesia cenderung memilih bekerja dari pada mengurus rumah tangganya. Alasannya pun alasan yang sangat klasik “ Ini zaman maju…..sekarang bukan zamannya lagi wanita diem di rumah,emansipasi donk…!!!” Dengan inilah mereka mempunyai alasan untuk melakukan semua yang inginkan dan melanggar kodrat mereka.coba sekarang,saat ini,detik ini kalian semua lihat bagaimana wanita – wanita itu berpakaian, bertutur kata ,bersopan santun ,tata krama semua identitas wanita Jawa yang sangat dipandang orang asing atau Negara asing sekarang tidak terlalu penting bahkan hilang mungkin saja lenyap. Mereka berpakaian terbuka di muka umum seakan rasa malu mereka sudah mereka buang dan mereka pandang dan diganti dengan emansipasi wanita zaman sekarang,sungguh ironis. Mungkin itu secuil contoh emansipasi wanita di abad 21yang tak lagi berestetika dan etika. Apakah tindakan itu emansipasi wanita abad 21?Wanita - wanita karir yang sudah mempunyai suami justru mereka – merekalah yang merasa berkuasa karena mereka wanita sukses. Bukankah itu merndahkan harga sebuah emansipasi?Para wanita sekarang bahkan seakan merasa burung yang keluar dari sangkarnya,terbebas dari seala tekanan didalam rumah, social, bahkan didalam masyarakat mereka keluar mencari kehidupan yang sangat ia impikan dan inginkan.Bahkan mungkin karena kebebasan inilah mereka menjaditak terkontrol,tak terkendali bahkan mungkin seenaknya sendiri.

Para wanita itu mengunakan alasan untuk bersembunyi dari kenyataan dunia bahwa wanita tidak mungkin mendapatkan semuanya. Saat mereka menginginka sesuatu dan mereka sampai di ujung titik dimana seorang wanita lelah, letih dan mungkin putus asa. Mereka berfikir ini emansipasi ini jamannya terlalu bebas dan melampaui arti dari emansipasi itu. Mereka cenderung menggunakan dasar emansipasi wanita untuk mendapatkan Hak mereka.Hak sebagai Wanita,Sebenarnya mereka bisa mendapatkan hak mereka tanpa harusnya melihat menelaah kebelakang bagaimana seorang R.A Kartini mencoba berkembang tanpa harus melanggar kodratnya sebagai seorang wanita . masih menjunjung tatakrama subosita dan andhap asor dan tentu saja berkembang. Harusnya kita menjadikan hal itu sebagai tolak ukur dan contoh yang nyata. Mungkin banyak orang yang menagatakan emansipasi wanita itu kemajuan jaman itu benar, tapi harusnya kemajuan jaman itu dijadikan alat untuk mengembangkan seni budaya dan ilmu pengetahuan

Ada juga yang memgatakan emansipasi wanita itu kebebasan, itu jugabenar. Emanipasi adalah kebebasan wanita untuk mengutarakan pendapatnya, inspirasinya dan kebebasan wanita untuk berkembang disegala bidang seperti SosPolDik (social , politik, pendidikan) tapi justru kebebasan inilah yang menjerumuskan banyak sebagian banyak wanita, mereka menilai kebebasan itu bisa mereka raih tanpa harus bertanggung jawab. Sejatinya alangkah indahnya jika emansipasi itu dijadikantombak untuk maju dan selalu dalam setiap langkah seorang wanita di dampingi dengan tanggung jawab kewajiban setra haknya. Dan bagaimana seorang wanita menyikapi memaknai arti dari emansipasi wanita dan kemajuan dan kebebasan yang telah diberijkan tanpa melanggar kodrat meraka seorang wanita.


( catur kembang sepasang )

Baca Selengkapnya......

van-marto

Artikel Terbaru

Followers

Caht With Admin

 

Copyright © 2009 by van-marto